Jadi ternyata SISTEM PENDIDIKAN itu yg menentukan potret sebuah bangsa, jadi jika potret bangsanya Amburadul seperti ini, pasti sistem Pendidikan dan para penyelenggaranya juga amburadul.
Begitulah kira-kira kesimpulan dari obrolan kami malam itu di Studio Sindo TV.
Lalu seperti apa sich SISTEM PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA ITU ???
Berikut penuturan dari Syed Abdul Rahman Alsagoff Foundar Arabic School in Singapore
Sekolah tertua yg didirikan oleh Swasta di Singapura; Sumber; Channel News Asia , 6 Mei 2009
Mengatakan bahwa ternyata di Finlandia itu tidak ada:
Dan yg paling mengesankan adalah tidak ada standar Nasional KECUKUPAN NILAI MINIMAL untuk Nilai masing2 pelajaran (karena tiap anak memiliki kecepatan belajar yg berbeda2 dan kemampuan berbeda untuk bidang pelajaran yg berbeda).
- Akreditasi (Pemeringkatan) sekolah oleh pemerintah, yg ada akreditasi oleh Masyarakat; Jadi masyarakat melihat langsung apakah anak mereka yg didik di sekolah tersebut menjadi semakin baik, beretika dan cerdas atau malah sebaliknya. Jadi sekolah tidak dinilai oleh satu pihak saja, yakni Pemerintah, melalui Stnadar tunggal yg bisa saja keliru (dan jika keliru maka seluruh bangsa akan menganggung akibatnya) ; melainkan langsung oleh usernya yakni masyarakat. Jadi sekolah berusaha untuk menjadi yg terbaik dengan memberikan bukti langsung kepada masyarakat yg menilainya. Fungsi pemerintah lebih sebagai konselor atau Konsultan Pembimbing bagi sekolah dan mengembangkan sistem sekolahnya bukan Lembaga Akreditasi. Mencatat sekolah2 yg dianggap berhasil oleh masyarakat dan membantu sekolah2 yg belum dianggap berhasil.
- Tidak ada kurikulum tunggal yg ditetapkan oleh Pemerintah pusat, Setiap sekolah diberikan kebebasan mengembangkan kurikulum sendiri sesuai dengan potensi unggul daerahnya masing2. Jadi sepertinya jika sekolah itu di terletak di Bali mungkin yg lebih di utamakan adalah kurikulum pengembangan Budaya, Seni Tari, Ukir, Pahat dan sejnisnya. Jika dikalimantan mungkin tentang Batuan berharga, Gambut, Batubara, dan Budidaya Hutan, Jika di Maluku mungkin Perikanan dan budidaya kelautan dan sejenisnya. Wow !!! Pastinya akan banyak para ahli lokal yg pandai memanfaatkan potensi daerahnya
- Tidak ada standar ujian negara, melain berbasiskan pada proses hasil pembelajaran dari hari ke hari dari masing-masing anak, tanpa dibandingkan melalui sistem Rangking. Jadi tujuan pembelajaran adalah untuk menjadikan anak yg terbaik sesuai bidang yg diminati dan kemampuannya sendiri-sendiri bukan untuk mengejar peringkat dalam satu kelas atau satu sekolah. (karena prinsip pendidikan adalah mencerdaskan semua anak bukan untuk Merangking mereka dari yg terpintar hingga yg terbodoh)
Dan yg paling mengesankan adalah tidak ada standar Nasional KECUKUPAN NILAI MINIMAL untuk Nilai masing2 pelajaran (karena tiap anak memiliki kecepatan belajar yg berbeda2 dan kemampuan berbeda untuk bidang pelajaran yg berbeda).
Yang ada justru STANDAR NASIONAL ETIKA MORAL ANAK. Jadi
setiap sekolah wajib mendidik setiap murid mereka memenuhi STANDAR
ETIKA MORAL NASIONAL sebagai Pondasi Dasar membantuk Bangsa Yang Kuat
dan Cerdas.
Jadi meskipun sekolah mereka memiliki kurikulum yg
berbeda2 dengan spesialisasi kecakapan Bidang yg berbeda di sesuaikan
dengan potensi daerahnya masing2 Namun setiap sekolah harus bisa
menjamin bahwa setiap muridnya memiliki ETIKA MORAL YG STANDAR SECARA
NASIONAL.
Wah.... sepertinya kok tidak terlalu sulit ya untuk
mengikuti dan menjadi Negara dengan Sistem Pendidikan Terbaik di Dunia.
Tentunya jika kita mau !!
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,
Seandainya anak kita bersekolah dengan sistem seperti ini sudah kebayang ya akan menjadi sangat luar biasa !!!.
Bersekolah akan menjadi hal yg menarik, menyenangkan sekaligus menantang dan tidak lagi membosankan dan menekan kejiwaan anak.
Dengan adanya Etika Moral yg di Standardisasi secara Nasional pastinya
tidak akan ada lagi TAWURAN MASAL PELAJAR, Genk Nero, Genk Motor, dan
sejenisnya di Jalanan. Anak akan menjadi respect pada guru dan orang
tua, lebih beretika di sekolah, di jalan dan dirumah.
Dengan
adanya sistem yg mengedepankan kecakapan individual dan tidak ada lagi
sistem ujian dengan standar soal dan jawaban yg sama pastinya tidak akan
ada lagi contek mencontek.
Tiap siswa akan tampil menjadi
terbaik pada bidang kecakapan masing-masing yg memang menjadi bakat dan
kelebihannya dan bukan dipacu dan ditekan untuk meningkatkan nilai atau
bidang yg menjadi kelemahanya dengan cara ikut Bimbll atau Les siang,
malam, pagi, sore.
Sekaligus masing2 anak-anak, Guru dan Orang
Tuanya gak Stress lagi oleh Momok Nasional yg bernama Ujian Nasional,
karena mereka di nilai bukan dari Ujian Akhir melainkan melalui proses
perkembangan belajar dan penguasaan dari hari ke hari, sekaligus mereka
juga dikembangkan berdasarkan kemampuan dan kecakapan bidang
masing-masing, tidak untuk di Rangking, yg bisa berakibat sangat
memalukan jika mereka termasuk 10 besar dari bawah.
Berkaca pada
Syed Abdul Rahman Alsagoff sang Founder Arabic School di Singapore yg
mau dan bisa melakukan perubahan dengan memulainya dari dirisendiri dan
sekolahnya sendiri, kitapun mestinya bisa melakukan hal yg sama di
Indonesia.
Jika Singapura bisa Indonesia Pasti Bisa !!!
Jika kita mau pasti bisa !!! dan bukan sebaliknya, Jika bisa sich sebenarnya kita mau !!!!
Ya Persis memulai perubahan mulai dari diri sendiri dan sekolah kita sendiri !!!
Komentar Anda EmoticonEmoticon